UNIVERSITAS Nahdlatul Ulama Surabaya
(Unusa) resmi berdiri pada tahun 2013. Tapi cakal bakalnya sudah lebih dari 40
tahun. Berawal dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) tahun 1979, lalu mendirikan
Akademi Perawat (Akper) tahun 1985, dan Akademi Bidan (Akbid) tahun 1997dan kemudian
Akbid dan Akper melebur menjadi Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) pada tahun
2006, dan di tahun 2013 Stikes berubah menjadi Unusa. Perjalanan panjang ini
telah meninggalkan pengalaman berharga ketika berubah menjadi universitas.
Itulah sebabnya meski baru berusia 6 tahun, Unusa telah
berlari jauh. Bahkan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah Jawa Timur
(L2Dikti Jatim—dulu Koopertis) menobatkan Unusa sebagai Perguruan
Tinggi Swasta Baru dengan Pertumbuhan Tercepat di tahun 2018.
Berbagai
prestasi baik akademik maupun tata kelola, serta kemahasiswaan telah dicapai Unusa
dalam usia mudanya. Karena itu wajar jika kemudian muncul istilah “lahir lalu
berlari”, untuk menggambarkan cepatnya pertumbuhan yang dijalani. Kiranya, usia
tidak lagi menjadi halangan untuk terus maju.
Di
tengah banyaknya prestasi tersebut, Rektor Unusa tetap mengajak sivitas
akademika berintrospeksi
diri dan merenung terhadap apa yang telah kita capai, agar ke depan bisa lebih
baik lagi.
Rektor mengingatkan agar warga Unusa tetap bersyukur namun tidak menjadi
besar kepala dan
menepuk dada.
Unusa
memiliki lima fakultas --Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK); Fakultas
Kesehatan Masyarakat (F.Kes); Fakultas Kedokteran (FK); Fakultas Ekonomi Bisnis
dan Teknologi Digital (FEB TD); dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP), dan 20 program studi.
Dari 20
program studi yang dimiliki Unusa, lebih separuh terkait dengan prodi berbasis
kesehatan, seperti keperawatan, kebidanan, kesehatan masyarakat, kesehatan dan
keselamatan kerja, gizi, analis kesehatan.
Beberapa
program studi (prodi) di Unusa fokus pada kebutuhan-kebutuhan SDM di rumah
sakit, prodi sistem informasi misalnya, bagaimana mengembangkan dan menyiapkan
sistem informasi berbasis kebutuhan rumah sakit. Demikian juga prodi pendidikan
guru sekolah dasar (PGSD) misalnya, bagaimana lulusannya disiapkan mampu
mengelola unit kesehatan sekolah (UKS).
Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM) Unusa menerapkan kurikulum mayor-minor. Mahasiswa dapat memilih program
studi yang dapat menunjang kompetensi tambahan yang diinginkan tanpa kehilangan
komptensi inti pada prodi yang ditekuninya.