Dalam bidang jurnalistik, pers dituntut taat sesuai Kode Etik Jurnalistik, namun bukan berarti pers tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali, atau tidak ada pelanggaran kode etik jurnalistik. Dari informasi data, pers bisa saja melakukan kesalahan atau khilaf karena adanya beberapa faktor.
Jika melihat pengalaman dalam bidang jurnalistik dalam waktu kurang dari seperempat abad, maka terdapat banyak peristiwa yang menjadi faktor-faktor pelanggaran kode etik sebagaimana berikut:
Faktor Ketidaksengajaan Pelanggaran Kode Etik
Pertama, yaitu tingkat profesionalisme yang masih belum tercapai, seperti contoh berikut:
- Tingkat upaya dalam menghindari ketidaktelitian belum sesuai.
- Tidak mengecek ulang
- Tidak menggunakan akal sehat
- Tidak meramu berita secara memadai.
- Malas mencari perbandingan atau bahan tulisan
- Memakai data lama atau data yang tidak update, atau data yang tidak diperbarui
- Memilih atau memakai kata yang tidak tepat
Kedua, terdapatnya tekanan deadline membuat pers bisa melakukan kelalaian. Ketiga, pengetahuan dan juga pemahaman kode etik jurnalistik masih terbatas sampai saat ini.
Faktor Kesengajaan Pelanggaran Kode Etik
Tidak hanya faktor ketidaksengajaan, tetapi ada juga beberapa faktor kesengajaan dalam pelanggaran kode etik bidang jurnalistik, sebagaimana berikut:
- Mempunyai pengetahuan dan juga wawasan Kode Etik Jurnalistik, tetapi dari awal sudah punya itikad tidak baik.
- Tidak punya pemahaman dan wawasan tentang Kode Etik Jurnalistik, disertai niat yang tidak baik.
- Persaingan pers sangat ketat, mengalahkan mitra maupun pesaing sesama pers secara tidak sepatutnya atau tidak wajar. Sehingga, bisa membuat berita tidak sesuai Kode Etik Jurnalistik.
- Pers dipakai untuk topeng atau juga kamuflase, hanya untuk tindakan kriminalitas, padahal sebenarnya sudah ada di luar lingkungan jurnalistik.
Apabila terdapat pelanggaran kode etik jurnalistik karena adanya faktor ketidaksengajaan, termasuk pada pelanggaran kategori dua, maka masih mungkin terdapat ruang toleransi karena memang tidak ada gading yang tidak retak dan sebagai manusia pasti mempunyai khilaf. Sehebat-hebatnya media pers, maka tidak mungkin jika bekerja secara sempurna, terkadang tidak sengaja melanggar kode etik.
Biasanya, ketika ditunjukkan adanya kesalahan, maka pers yang terlibat akan segera memperbaiki kualitas dan melakukan kode etik jurnalistik secara tepat, bahkan jika perlu juga akan meminta maaf kepada masyarakat luas terkait penyebaran berita yang telah dilakukan dan kesalahannya.
Pers yang baik tidaklah pers yang punya catatan sempurna dalam menggeluti bidang jurnalistik. Pers yang sempurna sekalipun pasti bisa tersandung masalah dalam pelanggaran kode etik pada bidang jurnalistik. Akan tetapi, pers yang paham dan sadar telah melakukan kesalahan, maka bisa meminta maaf pada khalayak serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Disisi lain, pelanggaran kode etik jurnalistik, apabila dilakukan secara sengaja, sudah termasuk pada pelanggaran kategori satu. Sehingga, merupakan pelanggaran berat yang tidak bisa ditoleransi. Biasanya, pelanggar kode etik bidang jurnalistik tersebut tidak mau mengakui kesalahan atau pelanggaran walaupun sudah diberitahu apa kekeliruannya dan telah memperoleh peringatan.
Biasanya, pers yang melakukan pelanggaran kode etik jurnalistik akan memberikan argumen tidak relevan yang terus-menerus mereka sampaikan. Sehingga, akan mengikuti aturan berlaku secara terpaksa apabila memperoleh ancaman sanksi yang lebih berat.
Itulah informasi lengkap tentang apa itu pelanggaran kode etik pada bidang jurnalistik. Dari informasi ini, apabila kamu ingin menggeluti bidang jurnalistik, maka kamu jadi lebih tahu seperti apa resiko dalam menjadi bagian dari pers dan jurnalistik itu sendiri.
