Kebanyakan orang mengetahui kecerdasan berdasarkan hasil dari tes IQnya saja. Jika tes tersebut mendapatkan hasil di atas rata-rata maka orang tersebut dikatakan pintar, jika di bawah rata-rata artinya kurang pintar. Padahal kecerdasan seseorang ini tidak hanya ditentukan dari hasil tes intelegensi saja loh.
Jadi orang tua harus mengetahui bahwa jenis kecerdasan ini banyak, dan setiap anak pasti memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Apabila anak tidak memiliki kemampuan dalam pelajaran matematika tetapi mereka Unggul dalam musik maupun olahraga, bukan berarti mereka tidak cerdas, hanya saja kecerdasannya lebih mengarah pada bidang yang lain.
Memahami Kecerdasan Majemuk
Sebagai orangtua kita harus memahami dengan baik kecerdasan majemuk yang merupakan konsep penilaian kecerdasan anak dengan beberapa tolak ukur kemampuan. Ada sebuah buku berjudul Multiple Intelligences; The Theory And Practice gimana seorang psikologi bernama Howard gardner menyatakan bahwa konsep kecerdasan majemuk ini melibatkan faktor biologis serta faktor budaya.
Konsep dari penilaian kecerdasan majemuk ini merupakan perlawanan terhadap berbagai macam penilaian kecerdasan berdasarkan skor standar tes IQ. Pencetus konsep kecerdasan ini adalah Howard gardner di tahun 1983 dan menyatakan bahwa kekerasan tidak hanya dilihat dari intelligence quotient atau IQ. Tingginya nilai IQ tanpa adanya produk produktivitas bukan dilihat sebagai kecerdasan yang baik.
Kecerdasan Majemuk Menurut Ahli
Jika kamu sudah memahami kecerdasan majemuk secara sederhana, berikut menurut beberapa ahli
Menurut Howard Gardner
Sebelum Howard gardner mencetuskan ide dan pengertian kecerdasan miliknya, kecerdasan hanya dinilai berdasarkan Icu dengan standar tertentu. Anak dinilai berdasarkan kemampuan mengerti ide yang kompleks, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, kemampuan belajar dari pengalaman, dan lain sebagainya.
Gardner sendiri merupakan pengubah pola pikir konvensional tersebut. Jadi Gardner mengeluarkan konsep penilaian kecerdasan dengan 8 parameter. Konsep kecerdasan tersebut berangkat dari pandangan penilaian kecerdasan anak tidak hanya melalui skor standar saja.
Lebih dari itu, kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah yang terjadi, kemampuan anak menghasilkan persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan anak untuk menciptakan sesuatu atau kemampuan anak dalam memberikan penghargaan terhadap seseorang juga bisa dikatakan sebagai kecerdasan.
Secara ideal, anak akan dinilai berdasarkan apa yang ia bisa kerjakan, bukan berdasarkan apa yang tidak bisa saya kerjakan. Jadi intinya tidak ada istilah si kecil pintar ataupun si kecil bodoh. Dari pengalaman tersebut, pandangan yang dihasilkan adalah anak yang menonjol merupakan salah satu dari sejumlah kecerdasan.
Menurut Thomas Armstrong
Selain Howard gardner, ada juga Thomas Armstrong yang menjelaskan lebih detail tentang kecerdasan majemuk. Beliau menyebutkan bahwa setiap anak yang dilahirkan akan membawa potensi yang memungkinkan mereka menjadi cerdas.
Sifat natural yang dimaksud oleh Thomas adalah rasa ingin tahu, daya eksplorasi anak, vitalitas, spontanitas, dan fleksibilitas.
Dengan berbagai macam sifat natural tersebut, orangtua dan lingkungan merupakan bagian untuk mempertahankan sifat yang mendasari kecerdasan tersebut sehingga bisa bertahan sampai dewasa.
Thomas sendiri menunjukkan adanya sejumlah indikator penilaian kecerdasan anak dan indikator tersebut berdasarkan pada kemampuan autentik yang dimiliki oleh anak. Ikut ini beberapa indikator menurut Thomas Armstrong;
- Observasi
- Dokumentasi hasil karya
- Penilaian tugas
- Penilaian berdasarkan konteks tertentu
- Portofolio
- Wilayah 8 parameter kecerdasan Garnier
Jadi menurut Thomas Armstrong menekan pada pentingnya penilaian kemampuan autentik anak daripada tes standar atau tes yang mampu menghasilkan norma formalitas.
Penutup
Kecerdasan majemuk merupakan konsep penilaian kecerdasan anak sesuai dengan beberapa tolak ukur kemampuan. Kecerdasan majemuk Ini pertama kalinya dikenalkan oleh Howard gardner di tahun 1983 dan sampai saat ini sudah banyak digunakan.