Tak kalah dengan daerah lainnya di tanah air, provinsi Gorontalo juga menyimpan banyak kekayaan seni dan budaya yang menarik untuk dieksplor. Misalnya alat musik, tarian dan pakaian adat.
Pernahkah kalian penasaran seperti apa bentuk pakaian adat dari daerah dengan julukan Bumi Serambi Madinah ini? Atau kamu pernah melihatnya di Atlas dan buku pelajaran? Untuk mengetahuinya lebih lanjut, baca ulasannya di bawah ini hingga akhir, ya!
Penuh Filosofi, Inilah Pakaian Adat Gorontalo
Usut punya usut, Gorontalo sebenarnya tidak memiliki nama resmi untuk pakaian adat. Nama-nama pakaian adat yang dikenal secara luas merujuk pada aksesoris pelengkapnya. Pakaian adat untuk laki-laki di antaranya adalah Tudung Mukuta, Bako dan Pasimeni, sementara untuk perempuan di antaranya adalah Baya Lo Boute, Tuhi-Tuhi, Lai-Lai, Buohu Walu Walu Dehu, Kecubu atau Lotidu, Etango, Pateda dan Loubu.
Pakaian Adat Gorontalo Pria
- Tudung Mukuta, adalah tutup kepala bagi pria dalam balutan pakaian adat Gorontalo yang berbentuk tinggi menjulang dan terkulai ke belakang. Bentuknya mirip dengan bulu unggas dan penuh dengan filosofi. Tutup kepala ini dalam adat Gorontalo melambangkan seorang suami yang merupakan pemimpin keluarga harus memiliki jiwa kepemimpinan tinggi, berwibawa serta tegas. Namun di balik itu juga harus memiliki sifat lembut.
- Bako, ialah kalung berwarna keemasan yang melambangkan pemakainya telah beristri atau memiliki ikatan pernikahan dengan seorang wanita.
- Pasimeni, yakni hiasan pada pakaian adat Gorontalo pria yang melambangkan keharmonisan rumah tangga.
Pakaian Adat Gorontalo Wanita
- Baya Lo Boute, ikatan kepala bagi pengantin wanita yang melambangkan bahwa si pemakai sudah bersuami atau memiliki ikatan pernikahan dengan seorang laki-laki. Dengan dipakaikannya ikatan kepala ini, itu artinya si pemakai juga harus melaksanakan kewajibannya dengan baik sebagai seorang istri.
- Tuhi-Tuhi, merupakan hiasan kepala yang melambangkan 7 (tujuh) kerajaan yang damai tanpa perselisihan di Gorontalo tempo dulu, yakni Limboto, Gorontalo, Tuwawa, Hulontalo, Limitu, Bulonga dan Atingola.
- Buohu Walu Walu Dehu, yaitu kalung berwarna keemasan yang bermakna sama dengan Bako pada pakaian adat Gorontalo pria.
- Kecubu atau Lotidu, yakni hiasan di pakaian adat yang harus dikenakan di bagian dada pengantin wanita. Kecubu ini melambangkan kekuatan yang harus dimiliki oleh seorang wanita dan istri dalam mengarungi kerasnya kehidupan saat berumah tangga.
- Etango, berupa ikat pinggang yang juga melambangkan kewajiban seorang istri, salah satunya hanya memasak makanan halal bagi keluarganya dan harus memiliki sifat sederhana. Motif Etango memiliki kemiripan dengan Kecubu.
- Pateda, aksesoris pelengkap pakaian adat Gorontalo yang satu ini adalah gelang berukuran cukup besar yang berwarna keemasan. Pateda memiliki makna benteng bagi seorang wanita, artinya seorang wanita harus bisa menjaga dan mengendalikan diri dari perbuatan buruk atau tercela yang melanggar pemerintah dan hukum adat.
- Loubu, ialah aksesoris yang melambangkan ketelitian yang harus dimiliki oleh wanita dalam mengerjakan hal apapun. Loubu ini harus dikenakan oleh pengantin wanita di tangan kanan dan kiri, tepatnya di jari manis dan kelingking. Berbagai aksesoris dalam pakaian adat Gorontalo untuk pengantin wanita ini dapat membuat wanita terlihat seperti ratu saat memakainya.
Nah, itulah tadi pembahasan seputar pakaian adat Gorontalo yang dapat kami bagikan untukmu. Untuk menjaga kekayaan warisan budaya ini agar tetap terjaga, marilah kita bersama-sama melestarikannya demi generasi yang akan datang.
Untuk mendapatkan artikel informatif lainnya, kunjungi website Universitas123.
