Astronot wanita Indonesia tidak kalah dalam memberikan kontribusinya di bidang astronomi sebagai seorang astronot. Astronot merupakan orang yang bekerja untuk pergi ke luar angkasa dan untuk melaksanakan suatu misi atau melakukan penjelajahan ataupun melakukan penelitian. Untuk menjadi seorang astronot, perlu melewati sebuah proses dan perjuangan yang panjang serta keras.
Negara Indonesia juga turut menyumbangkan seorang astronot yang membanggakan. Hingga kini, bahkan Indonesia belum mencatatkan adanya seorang astronot perempuan lainnya setelah sosok ini. Bagaimana kisah yang dimiliki oleh sosok astronot ini? Apa latar belakang yang dimilikinya? Serta bagaimana cara agar bisa menjadi seorang astronot yang mewakili Negara Indonesia ini?
Simak informasinya berikut ini, ya!
Astronot Wanita Pertama di Indonesia serta Asia : Pratiwi Sudarmono
Astronot wanita Indonesia ini berhasil mencatatkan dirinya sebagai seorang astronot pertama dan satu-satunya hingga kini yang berasal dari Indonesia. Ia juga mencatatkan diri sebagai seorang astronot asal Asia yang pertama. Ia berhasil mengukirkan sejarah dan prestasi bagi anak bangsa dan Negara Indonesia dikarenakan berhasil terpilih oleh NASA untuk mengikuti misi penerbangan ke luar angkasa.
Ia memiliki nama panjang yaitu Pratiwi Pujilestasi Sudarmono, wanita kelahiran asal Bandung. Ia lahir pada tanggal 31 Juli pada tahun 1952. Ia merupakan seorang anak sulung dari total enam bersaudara. Sejak dirinya kecil, Pratiwi sudah memiliki ketertarikan terhadap bidang ataupun seluruh hal yang memiliki hubungan dengan tata surya, hal di luar angkasa, dan antariksa.
Pratiwi dan Perjalanannya Menjadi Seorang Astronot
Astronot wanita Indonesia ini sejak kecil sudah memiliki ketertarikan terhadap bidang yang bersinggungan dengan luar angkasa. Ia bahkan menjawab dengan mantap ingin menjadi salah satu bagian dari INSPEX (Indonesian Space Experiment) saat ia ditanyakan terkait cita-cita saat sedang di bangku sekolah dasar.
Pratiwi melaksanakan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Bandung. Kemudian ia melanjutkan studi sekolah menengah atas di Jakarta dan berhasil lulus pada tahun 1970. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan kuliah di UI dengan mengambil jurusan kedokteran serta berhasil memperoleh predikat master dari UI pada tahun 1988.
Astronot wanita Indonesia ini berhasil menamatkan pendidikan S2-nya dan kemudian ia menjadi seorang staf pengajar serta peneliti di Lab. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kemudian ia melanjutkan kegiatan studinya ke jenjang S3 di Jepang, yaitu di sebuah institute yang memiliki nama Research Institute for Microbial Disease di Universitas Osaka dan berhasil lulus pada tahun 1984.
Ia bahkan berhasil mencatatkan sejarah sebagai perempuan asal Indonesia pertama yang berhasil memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran dari sebuah perguruan tinggi di Jepang.
Latar Belakang Keluarga Pratiwi
Astronot wanita Indonesia ini merupakan seorang putri jawa yang berasal dari kalangan bangsawan. Kakeknya merupakan seseorang yang berasal dari golongan ningrat di Kesultanan Surakarta Hadiningrat. Sehingga meskipun ia lahir di tanah sunda, Pratiwi memiliki keturunan ningrat yang diturunkan oleh kakeknya.
Dari sebuah kutipan karya Theodore Friend yang berjudul Indonesian Destinies pada tahun 2009, Pratiwi berkata bahwa ia merupakan orang jawa yang berasal dari kalangan aristocrat yang masih merasakan feodalisme dari keluarganya di kehidupan sehari-hari.
Astronot wanita Indonesia ini mengungkapkan bahwa berdasarkan dengan latar belakang keluarga yang ia miliki, menjadi seorang wanita, maka ia harus berjuang sekitar dua atau bahkan tiga kali lipat agar bisa memperoleh sebuah penghargaan atas pencapaian yang diraih oleh seseorang.
Sehingga, Pratiwi sebagai seorang putri jawa yang hidupnya penuh akan berbagai aturan, akhirnya berhasil memberikan pembuktiannya bahwa ia pun layak untuk menggapai mimpinya selayaknya kaum pria.
Kisah Pratiwi Sebagai Astronot di NASA
Di tahun 1985, pemerintahan Indonesia menjalin sebuah kerja sama dengan NASA yang akan dilaksanakan pada tanggal 24 Juni di tahun 1986 yang akan menggunakan sebuah pesawat luar angkasa Columbia. Misi ini akan membawa tiga satelit komersial yang bernama Skynet 4A, Westar 6S, dan Palapa B3.
Sehingga Pratiwi berhasil terpilih untuk mewakili Indonesia pada misi tersebut. Ia nantinya akan memiliki peran sebagai seorang spesialis muatan pada pesawat tersebut. Ia berhasil mengalahkan total 207 kandidat dengan 25 orang perempuan. Ia akan terbang dengan membawa misi yang bernama STS-61-H.
Sayangnya misi ini gagal dilaksanakan dikarenakan beberapa sebelumnya terjadi sebuah insiden. Tepatnya pada tanggal 28 Januari di tahun 1986, sebuah pesawat milik AS yang membawa sebuah misi STS-51-L meledak di udara sekitar 73 detik setelah diterbangkan. Sekitar 7 kru pesawat menjadi korban jiwa pada insiden ini. Karena hal inilah, Pratiwi gagal terbang ke luar angkasa karena misinya yang dibatalkan.
Astronot wanita Indonesia ini akhirnya tetap menjalankan penelitiannya di laboratorium milik NASA dan masih menjadi satu-satunya astronot wanita asal Indonesia hingga saat ini.
Simak informasi lain terkait para astronot di laman universitas123.com.